Bismillaahirrahmaanirrahiim....
****
Pagi ini mentari cerah menyinari, hangat tapi tak sehangat hatiku saat ini. Sejak tadi malam, aku sudah mempersiapkan semua yang Aldo minta. Bajuku dan baju Aldo telah kumasukkan ke dalam koper. Tanda tanya besar masih bergelayut dihatiku. Apa yang sebenarnya terjadi?
Aku mulai bersiap sejak subuh dan Aldo pun begitu. Aku masih di kamar saat mendengar Mama dan Aldo sedikit berdebat. Entah apa yang mereka perdebatkan. Mungkinkah karena keputusan Aldo yang mengajakku pindah dari rumah Mama?
Pixabay |
***
Aldo suamiku, aku baru mengenalnya satu bulan ini. Dia pemuda yang baik dan tampan. Pertama kali bertemu dengannya, saat kami sama-sama berada di pameran buku. Sebuah pertemuan yang tak terduga, dan akhirnya kami saling berkenalan.
Ini bukan love at the first sight, menurutku ini hanya pertemuan biasa. Sampai akhirnya, Aldo datang sendiri ke rumah dan melamarku. Jujur aku kaget, tapi aku merasakan hal berbeda saat dia berani berdiskusi hebat dengan Ayah. Aldo, pria yang baru saja kukenal, dia berani memintaku pada Ayah. Aku punya beberapa teman pria, tapi tak satu pun mereka yang berani senekat itu. Aku mulai jatuh cinta dengan keberaniannya. Aldo sangat berbeda.
Aku menerimanya, menerima pinangannya. Aku sudah bosan bermain-main dengan hidupku. Usiaku sudah 25 tahun, bukankah sudah waktunya untukku menikah? Aku tak ingin kehilangan Aldo, pria yang membuatku jatuh cinta karena kepribadian baiknya.
Dua hari setelah itu, Aldo membawa serta keluarganya sebagai bukti keseriusan. Kini aku lebih kaget, Papa Aldo ternyata Om Leo, seseorang yang kukenal sejak enam bulan yang lalu. Skenario Tuhan memang mengejutkan.
Om Leo, pelanggan di toko kue tempatku bekerja. Dia sangat baik, bukan hanya padaku tapi juga pegawai lain di toko. Aku dan Om Leo sedikit dekat. Om Leo sering menceritakan putranya dan aku hanya bisa menjadi pendengar baiknya. Aku masih ingat saat Om Leo mencoba menjodohkanku dengan putranya, aku hanya bisa tersenyum dengan perkataan beliau. Aku yakin beliau hanya bercanda saat mengatakan itu. Toh nyatanya, aku sama sekali tidak tahu siapa dan bagaimana wujud putranya itu. Tanpa dijodohkan pun, ternyata Aldo sendiri yang datang padaku. Ah , betapa lucunya hidup ini. Hidup ini memang penuh dengan kejutan yang tak pernah kita duga.
Seminggu yang lalu, aku dan Aldo baru saja melangsungkan pernikahan. Pernikahan sederhana penuh dengan doa. Tubuhku merinding seketika saat Aldo mengijabqabulku. Semuanya indah, lebih indah dari perkiraanku sebelumnya.
Tapi, semua berubah setelah kejadian tadi malam. Aldo, seseorang yang telah membuatku jatuh cinta dengan begitu hebatnya, berkata bahwa dia tidak mencintaiku. Dia hanya ingin menghancurkanku. Lalu apa arti semuanya? Apa arti ijab kabul yang diucapkannya saat itu?
***
Aldo masuk ke kamar dengan tergesa-gesa. Dia segera menarik koper yang sejak tadi malam membisu. Aldo menatapku sejenak,
"Aku tunggu di mobil, jangan lama." ucapnya.
"Tidakkah kita sarapan dulu?"
"Jangan macam-macam, cepat bawa semua barangmu,"
Aku menggangguk dan Aldo pun keluar dari kamar. Samar-samar sekali lagi aku mendengar Mama berusaha menahan Aldo agar tidak pergi. Aku masih tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku segera mengambil tas dan bunga aster yang sejak malam tadi menjadi saksi perjanjianku dan Aldo. Aster ini, lambang waktu untukku bisa membuat Aldo jatuh cinta.
Aku melihat Mama yang sedikit kesal. Aku berusaha menggapai tangannya untuk berpamitan. Tapi Mama malah memalingkan mukanya membuatku semakin heran. Aldo datang dan segera menarik tanganku untuk keluar dari rumah begitu saja. Semuanya akan berubah.
Tidak ada komentar